Setelah 21 tahun.... ingat memori ini, yang terlepas dari rangkaian
kata-kata rekan seperjuangan. Berbagai macam atribut luar biasa yang
mereka berikan, justru itulah yang menjadi kekuranganku. Aku sadar
sepenuhnya justru kelebihan yang dimiliki ini, adalah bumerang untuk
diriku sendiri. Kadang aku iri, dengan segala kekurangan yang dimiliki
orang lain. Justru karena kekurangan itu, mereka bisa menjadi pribadi
yang lebih baik secara berkala, naik satu demi satu tingkat. Katanya,
aku tipikal perempuan yang memiliki semangat dan idealisme tinggi. Tapi,
justru itulah yang menghalangi aku untuk bekerjasama dengan orang lain,
yang memiliki standar di bawahku. Aku juga dikatakan memiliki target
terarah. Tapi, justru itu yang membuat orang-orang bosan dengan pola
hidupku yang monoton, semua serba direncanakan. Memang, sering juga aku
terlihat sangat antusias dan haus pengalaman. Bahkan lupa dengan
kewajiban yang harus aku tunaikan terhadap badanku sendiri.
Pembangun
ide, tipikal lain dari wajah perempuanku. Bukan hanya membangun, kadang
justru aku mendikte mereka dengan ide-ide gila, yang bahkan tak
kusadari bahwa telah banyak aku membangun opini negatif dari kolega
karena ide itu, sehingga namaku tertanam sebagai perempuan diktator.
Meskipun begitu, memang benar aku selalu bersabar. Menjadi penyabar
akhirnya membuat aku tenang, namun cukuplah kesabaran itu di ambang
batas, aku justru dimanfaatkan orang lain untuk mereka menekan diriku
sesuka hati. Sampai akhirnya, pada titik ini, aku dikenal sebagai tipe
pengayom dengan caraku sendiri, sang koleris yang mencoba plegmatis.
Mungkin, karena aku baik hati dan tenang, tapi aku tak cukup smart
seperti apa yang mereka bilang. Aku cuma selalu ingin aktif dalam
mengembangkan potensiku sebagai akademisi maupun calon scientist.
Ketangguhan dan kecerdasan emosional yang semakin kupertahankan, justru
mampu mengubhku menjadi lebih baik. Semoga orang-orang semakin memaknai
usahaku dengan melihat bagian baik dari sisiku, bukan melihat bagian
baikku sebagai kekurangan seperti yang dikatakan seorang teman.
Aku memang kelihatan lembut, kalem, cool,
dan istiqomah. Tapi, semua orang harus tau, bahwa aku tak lebih dari
seonggok daging yang kritis akan kehidupan. Aku sering membeturkan
kepalaku di tembok-tembok perjalananku yang berliku. Aku sering memarahi
diriku sendiri akibat keputusanku sendiri. Memecahkan piring dan gleas
hati yang terlihat tenang. Memang air yang beriak tandanya tak dalam,
begitupun sebaliknya. Tak selamanya laut yang tenang itu tak berbahaya.
Justru aku, aku, aku, aku, mimpiku... duniaku... amat berbeda dengan apa
yang aku tampilkan. Dan baru aku sadari bahwa inilah kekuatan dan
kelebihan terbesarku. SANG INTROVERT: PEREMPUAN DENGAN SEJUTA RAHASIA.
Belum ada satupun orang yang bisa membaca binar dan sayu bola mataku,
bahkan orang tuaku sekalipun. Semua adalah cerita di balik tirai yang
aku jahit sendiri. Jikapun ada orang yang bisa memenuhi itu, maka dialah
orang yang Allah SWT titipkan untuk menjagaku. Karena sejatinya, cuma
Dia yang bisa memahamiku apa adanya.
#kutitipkan untuk semua orang yang ingin mengenal aku apa adanya ^^..
Kalau tadi, aku berbicara dengan segala keunggulan yang membuat aku
minus di mata orang. Saat ini, aku justru bersyukur dengan kekurangan
yang aku punya. Aku sulit ditebak, tertutup, penyendiri, pendiam, dan
susah menerima pendapat apalagi percaya sama orang lain. Secara genetik,
mungkin inilah yang telah diwariskan dari leluhurku. Tapi, secara
perilaku, inilah yang aku ikuti dari lingkunganku. Pasalnya, aku selalu
jenuh mendengar orang-orang berkeluh kesah, marah-marah, apalagi
menangis tak jelas atau merayaukan apa yang sedang dihadapi mereka.
Justru dengan diam dan menyendiri aku merasa lebih tenang.
Aku tak
akan merusak hari indah orang-orang yang ada di sekitarku. Bisa
dibilang, diam itu memang emas. Emas yang selama ini aku jaga keutuhan
dan kemurniannya. Meskipun begitu, aku sadar banyak orang yang
menyalahartikan diamku. Mungkin tak banyak orang yang aku temui, paham
kondisiku di kala diam dan menyepi menjadi pilihan. Dikiranya, aku tak
senang dengan mreka, aku tak senang berjamaah dalam menyelesaikan
masalah, aku tak suka ceria bersama-sama dan aku tak bisa hidup dalam
ramai. Yah, sejatinya aku tak begitu. Aku cukup diplomatis dan
menyenangkan di suatu saat. Bahkan, aku bisa menjadi seperti anak kecil
yang suka berkhayal menaiki kapal selam atau terbang di langit memakai
sayap dan tongkat ajaib. Ya begitulah, tapi hanya di kala waktunya
tepat. Menjadi dewasa itu indah dengan cara kita masing-masing.
Dewasa
adalah bisa bersikap di waktu dan saat yang tepat. Dewasaku adalah
dengan diam dan menutupi segala gundah yang ada. Agar tak kelihatan, aku
harus menutupnya rapat-rapat. Serapat mungkin, untuk tetap menjaga
izzahku juga. Memang, tak banyak yang paham dengan maksud dan caraku.
Makanya, susah untuk dekat denganku kalau baru kenal sehari. Kalau orang
bilang "kamu adalah apa yang kamu pikirkan", justru aku berpikir "aku
adalah apa yang orang pikirkan". Ada-ada saja, kekuranganku ini justru
menjadikan aku lebih kuat dan tegar untuk memaknai keindahan dan
keberagaman di sekitar.
Aku harus elalu ekstra hati-hati dengan
segala sikapku, enggan untuk aku menyakiti hati orang lain. Karena aku
sendiri sering merasa disakiti oleh orang lain. Hanya dengan diam,
menyendiri, kemudian tersenyum di balik genangan air tempaku berkaca.
Sudah pada level berapa aku berdiri sebagai seorang pribadi yang unggul
secara emosional? itulah aku, terlalu percaya dengan apa yang ada di
hatiku. Aku selalu benar dengan cara dan parameterku sendiri. Aku lebih
suka bercerita tentang diriku, agar orang lain tak merasa aku sakiti.
Karena, jika aku lebih banyak membeicarakan orang lain, maka aku akan
berpeluang besar menyaikiti hati mereka. Hanya dengan sebuah "kata" aku
bisa dihakimi seperti itu. Aku lebih percaya dengan diriku sendiri,
bahasa kalbuku, hati nuraniku, dan itu yang membuat aku berbeda dengan
orang kebanyakan. Kekuranganku justru membuat aku bisa sembuh dari
penyakit ketergantungan teman atau orang lain, bahkan materi, yang
selama ini digandrungi oleh dewasa muda seusiaku.
Karena aku dan kamu berbeda.
#Ceritaku,
sekali lagi hanya untuk orang-orang yang ingin mengetahui tentangku,
apa adanya. Karena itulah aku: INTROVERT YANG MENYENANGKAN
No comments:
Post a Comment